Puisi-puisi
Fathor Razi ini dimuat pertama kali di portal online: wawasanews.com pada 23
Desember 2013
Tetaplah Setia Membuka Sudut Kabar
Peristiwa
kita
tetap setia membuka sudut-sudut kabar peristiwa
tetaplah
setia membuka sudut-sudut kabar peristiwa
karena
di antara fakta dan kesaksian
kita
sama-sama menelusuri peta rahasia
walau
pun tak jelas purnanya.
tetaplah
setia membuka sudut-sudut kabar peristiwa
sebab
para pemburu berita menggenggam ragam amunisi kata-kata membasmi para politik
pendusta, yang suka menyenilap dan kerap bermain mata
di
balik liputan massa.
tetaplah
setia membuka sudut-sudut peristiwa
kita
terlahir menjadi panglima perang
menikam
punggawa karbitan,
tetaplah
setia membuka sudut-sudut peristiwa
walau
pun di antara buah simalakama,
kita
cumbui butir-butir kebuntuan jarak waktu
menakarkan
abjad-abjad asing
membangunkan
tiap keterlelapan “macam lupa”
agar
tak tergiring ke dalam tubir jurang kebungkaman.
Jogja
2012
Ah, Ketidakpastianmu
telah
lama aku menjadi musafir cinta
yang
berakhir di antara dermaga dusta
di
pelataran hati yang kian mengkarat
sebab
hembusan angin rindu kian ngilu
di
peraduan irama para pujangga
ah,
kutahu antara suka dan duka
kita
sama-sama menafsirkan ketiadaan
sehingga
semangkok kata-kata tumpah,
tak
terurus lagi
ah,
tiap tatapanku hampa, nestapa di abjad senja
pada
bingkai-bingkai tembok yang kulupa
pada
jarak kerinduanku,
aku
diam namun pikiranku tetap bercabang.
ah,
ketidakpastianmu
kini
menjadi benalu dalam diri
Jogja
2013
Kenangan Kita Bertebar Sapa
dalam
larut waktu yang merindu
kenangan
kita bertebar sapa, kawan
tergoda
pada rangkul semangat jiwa.
lama
kita terbakar pada bait-bait nyanyian sunyi itu
dari
rahim kita, meleburkan gesekan macam sajak-sajak.
ya,
di meja perkacapan ini kita saling memaknai arti
di
mana pecahannya saling mempersilakan rimbun rasa paksa.
mari
seduh riak hati, pada nyala api-api
biarkan
lelap layang-layang mimpi.
kita
saling berseru atas petuah, dan berkilahlah
pada
tiap kecemasan; yang terindah.
mari
kita tebarkan bisikan-bisikan desir kata-kata yang tersembunyi,
menenggelamkan
larut waktu yang terus merindu.
Jogja,
2012
Semacam Sajak
mimpi yang memangku
membuat
diriku nyayup rindu
warna-warni
dalam bening mata
terlihat
gelisah disana
selang
mimpi kabur menabur
dalam
lahan nafas tersengal
tergoda
aku dalam titik tawa
berlari
kujejalahi desir kata
bisu
di tengah ruang ilusi
Jogja
2013
Tentang sebuah Kabar
/1/
pada yang tak tebaca mula-mula
terlepas
dari pandangan, hingga
suatu
dekat menjadi jauh
suatu
hal mudah menjadi sulit
suatu
hal yang lembut menjadi kasar
suatu
hal yang mencerahkan menjadi kegelapan
pada
hal mungkin menjadi musykil
jadilah
batu waktu.
/2/
bila telah sampai kabar tentangku
janganlah
serupakan aku menjadi badai matahari
karena
aku tetap menjadi salju menyejuk duka
janganlah
serupakan aku menjadi gerhana bulan
karena
aku tetap menjadi idaman menentramkan
yang
membelah keangkuhan
ibarat
air mengalir dengan tenangnya.
/3/
terdengar kabar-kabar yang membisingkan telinga
namun
ada satu penguat untuk kutelan manfaatnya
sebab,
seratus kabar, telah membuat telingan menjadi tuli
mata
menjadi buta, laku menjadi tipu muslihat pada tugu-tugu waktu
kini
dalam dekap doa, rinai mata membelah kesunyian tabir malam
kutahu
tahun-tahun gugur seiring umur kita makin renta.
Jogja,
2012
Invisible
Hand
sejumlah
angka-angka di altar kuasa
memendam
rasa tertelan hambar
di
terjal fatamorgana
sampai
gontai memelit,
menggorok
ghirah
riak nurani
sang
dara muda.
gelombang
matahari kini berwarna pekat
menelurkan
isyarat sunyi
beku
dalam terali
gugur
dalam hablur
terkaparlah
ruang harap.
hanya
grafik-grafik binar mata yang rinai
dijajah
pemulung materi
menjadi
halimun hantarkan halilintar.
tak
perlu beringas di ladang sendiri
apalagi
menunggu akarnya
mati
suri di jantung hayati
di
negeri sendiri.
Teratai
Asri, Jogja 2012
Sumber:
http://www.wawasanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar