Amazing welpeper |
Dunia Absurd*, 15 September 2011
Tiga
Episode tentang Ruang
Kepada Ala Roa
Ruang putih
bukan 1x2 meter luas rak bukumu
atau basah resah di atas bantal
setelah gerimis malam memintal
mengirimkan bayangan
ia yang terdiam dalam dirimu
menggobang sekeras takdir
kau melahirkannya sumir
tak pernah kau buka pintu
kami selalu menunggumu
seperti dalam lintasan rel kereta
Kepada Ala Roa
Ruang putih
bukan 1x2 meter luas rak bukumu
atau basah resah di atas bantal
setelah gerimis malam memintal
mengirimkan bayangan
ia yang terdiam dalam dirimu
menggobang sekeras takdir
kau melahirkannya sumir
tak pernah kau buka pintu
kami selalu menunggumu
seperti dalam lintasan rel kereta
Ruang hitam
tak perlu dulu baca nietzsche
dan menulis puisi-puisi cinta
yang telah memerah darahmu
juga ingatanmu yang rumpang
jalan-jalan lapang menuju rumah barumu
ditanami lumut-lumut dan keras bunga kaktus
ia selalu menyekatmu ke dalam senyap sempurna
siapa yang telah datang
saat kau pergi dari tubuhmu?
cepat tukarkan itu karcis
garis tanganmu yang miris
untuk kepergian yang lain
biar mereka membuntutinya
dan engkau di sini, bersamaku
menunggu rembulan pertama
Ruang Abu-Abu
bahwa yang tak pernah dipersaksikan
adalah jalan yang tak dipertaruhkan
engkau terperosok
di halaman rak bukumu yang lain
Yogyakarta, 2010
*Dunia
Absurd merupakan blog pribadi penyair Ala Roa yang dikelola sepangjang tahun
2008-2012. Dunia Absurd memiliki pesan: “Dalam kehidupan, kematian yang tak
sempurna adalah karya besar yang jarang orang menemukannya. Sebuah keheningan
yang terdalam dari hati seorang manusia.”
Sedangkan Ala Roa ialah penyair Eksistensialis yang pernah saya kenal,
dan sempat saya jadikan guru. Ia menyebut dirinya dengan : “Aku bukan
siapa-siapa dan bukan apa-apa. Aku bukan penyair atau sastrawan. Aku adalah
manusia biasa seperti juga yang lain. Aku hanya ingin mengungkapkan segala yang
terjadi pada diri atau pada yang lain. Aku merasa hidup dan mati tak akan
pernah bertemu. Namun suatu saat kita pasti akan kembali dan kembali. Di mana
kita tak akan pernah bercerita dengan mulut sendiri sebab kita adalah matahari
yang dibahasakan bunga-bunga.”
Mengenai
tulisan ini, kesemuanya diambil dari: http://alaroa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar