SAJAK-SAJAKKU
YANG LALU
Aku tak bisa berbuat banyak dalam hidupku. Aku
lakukan apa yang kubisa. Menulis sajak bukanlah jalan hidup atau kematiaanku.
Aku hanya ingin tahu keduanya meski pengetahuan manusia tak pernah utuh tentang
realitas yang ada. Semua sajak ini adalah sebuah proses di mana aku sebagai
manusia yang terkadang sedih, bahagia hingga merasa terasing dari dunia mencoba
untuk menyeimbangkan diri agar benar-benar menjadi manusia. Semua sajak yang
punya banyak gaya dalam penulisannya ini adalah usaha mengekalkan kenangan
bersama orang yang dekat atau jauh dariku. Yang sesekali datang dan pergi atau
tidak sama sekali. Tak ada penilaian untuk semua ini selain apa yang ada pada
setiap kata itu sendiri. Sebab tak ada yang pernah selesai dalam hidupku juga
sajakku...
Bagian I
RUMAHKU RAHIMMU
Ibu
Maafkanlah aku tidak bisa pulang ke rumah
Rumah pertama yang memberikanku bahagia
Rumah pertama yang mengenalkanku asal mula
Rumahku rahimmu
Ibu
Rumah itu tak cukup lagi bagi duniaku
Tapi bukan tak cukup bagi hidupku
Kini terlalu bodoh untuk kembali
Tapi bukan terlalu bodoh untuk kuhayati
Rahimmu cahaya nurani
Ibu
Apakah engkau marah?
Rumahku kini berwarna biru, kuning, hijau
Coklat dan merah
Aku tahu rumah yang dulu tak berwarna
Karena itu dunia pertama
Ibu
Aku tak ingin pulang ke rumah
Aku bermain lincah hingga aku punya rumah sendiri
Seperti rumah pertama kali
Ibu
Izinkanlah aku tak pulang ke rumah
Kutahu rahimmu yang abadi
Memancar arti untuk aku kembali suci
Yogayakarta, 2005
PERTEMUAN DALAM HUJAN
Dalam hujan kita berdiri tak berjarak
Menahan ingin yang semakin dingin
Hujan terus menandi mata angina
Mengabari kata yang tersembunyi di balik hati
Hujan mereda tiba-tiba
Tubuh kita sama basahnya
Aku pergi engkau pergi
Tapi ingin menghentikannya;
Belajar isyarat yang tak bersyarat
Yogyakarta, 2005
TUBUH KATA
Kulepas gaunmu perlahan
Di hamparan sunyi
Tubuhmu halus mulus
Sesekali bernyanyi dan menari
Tapi suaramu tak terdengar
Gerakmu tak terlihat
Kuberi gari tepi jadi puisi
Yogyakarta, 2005
KALIMAT DI TUBUHMU
Di Koran halaman pertama
Setiap jengkal tubuhmu
Ada kalimat tak terbaca
Mereka tertawa ingin merobeknya
Ada pula yang ingin mengabadikannya
Ke masa purba;
Mata mereka terlalu buta untuk seorang hawa
Kecuali pada sebagian tubuhnya
Di tubuhmu
Kini kalimat itu tinggal rangka
Mereka mengira itu adalah surga
Yogyakarta, 2005
BAYANG DI BELAH WAKTU
Bayang yang dilemparkannya
Sendiri di langit itu
Membaca kata-kata di belah waktu
Aku sendiri menemukan kata hati
Berganti jadi mimpi
Yogyakarta, 2005
BUNGA BERSAYAP
Engkau hidup dalam musim
Dua musim bersayap
Satu berbulu matahari
Satu lagi berbulu bulan
Engkau mampu mumian hati
Menyobek pelangi
Di mana terbangmu berhenti
Beranikah engkau mencari
Sedang setiap hanya ilusi
Oh, engkau bunga bersayap
Yogyakarta, 2005
DALAM SUNYI
Dalam sunyi kutemukan nada
Yang tak kau dengar
Dikuti cericit camar
Menatap ombak menemukan pantai
Senyummu bermesraan dengan ikan-ikan
Dan daun-daun mulai ketakutan
Angin datang menyesatkan
Dalam sunyi
Not nada kuatur dan kurapikan
Dalam partitur malam
Esok konyanyikan
Hingga kuakhiri sunyiku di sunyimu
Terkulai lemas dalam pertemuan
Yogyakarta, 2005
*Dunia
Absurd merupakan blog pribadi penyair Ala Roa yang dikelola sepangjang tahun
2008-2012. Dunia Absurd memiliki pesan: “Dalam kehidupan, kematian yang tak
sempurna adalah karya besar yang jarang orang menemukannya. Sebuah keheningan
yang terdalam dari hati seorang manusia.”
Sedangkan Ala Roa ialah penyair Eksistensialis yang pernah saya kenal,
dan sempat saya jadikan guru. Ia menyebut dirinya dengan : “Aku bukan
siapa-siapa dan bukan apa-apa. Aku bukan penyair atau sastrawan. Aku adalah
manusia biasa seperti juga yang lain. Aku hanya ingin mengungkapkan segala yang
terjadi pada diri atau pada yang lain. Aku merasa hidup dan mati tak akan
pernah bertemu. Namun suatu saat kita pasti akan kembali dan kembali. Di mana
kita tak akan pernah bercerita dengan mulut sendiri sebab kita adalah matahari
yang dibahasakan bunga-bunga.”
Mengenai
tulisan ini, kesemuanya diambil dari: http://alaroa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar