Dunia Absurd, 26 September 2012
PAGI DALAM PERJALANAN
telah
lama aku menyusuri jalan-jalan setapak
aku
tak pernah lagi menulis sajak
kehidupan
terlihat jauh dari hidupku
apa
yang ada terasa tak ada
aku
merasa kosong
aku
tahu ada sesuatu yang sangat berharga
yang
tak bisa aku bahasakan
tapi
aku tak lagi menulis sajak
kata-kata
berantakan untuk mengungkapkan
dan
kini aku berada di perjalanan dari magelang menuju yogyakarta
dalam
mobil musik mengalun menyentuh kalbu
di
luar kaca aku lihat orang-orang bergegas sehabis subuh
mencari
nafkah untuk hidupnya agar berkah
sedangkan
aku bergelut dengan diri sendiri
mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang diriku
meski
apa yang ada dalam diri manusia tak mungkin selesai dibaca
apalah
arti diriku jika aku tak mengerti sedikit saja
tapi
aku tak lagi menulis sajak
yang
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku
aku
tak tahu lagi apa itu sajak
aku
tak tahu menyusun pikiraku menjadi benar
pedagang
kaki lima, penjual sayur, tukang sampah, pengamen,
tukang
becak, hiruk-pikuk kehidupan
tak
bisa aku ungkapkan menjadi sajak
aku
menangis
hatiku
tergetar
aku
merasa cengeng melihat keadaan
dan
aku senang sebab ini juga kebebasan
air
mata tak mengenal jenis kelamin
setiap
manusia pastilah punya hati dan air mata
memang
aku tak banyak menulis tentang mereka
tapi
aku tahu arti sajak dari hidup mereka
memang
kita tak pernah bicara
tapi
mereka punya mulut yang tak biasa
melebihi
pemberian yang membuat mereka bahagia
kini,
aku berada di perjalanan dari magelang menuju yogyakarta
mobil
semakin melaju
musik
semakin mengalun merdu
biarlah
aku selalu bersama keringat dan air mata mereka
dan
menjadi sajakku dalam doa
yogyakarta,
2012
PENYAIR TAK PUNYA PRESIDEN
tak
pernah aku ingkari bahwa hidup hanyalah kutipan
dan
apa yang aku tulis hanyalah ikrar
tak
pernah aku ingkari bahwa penyair hanyalah sebutan
dan
sajakku hanyalah cinta yang aku harus pertahankan
tak
pernah aku ingkari bahwa aku hanyalah manusia biasa
dan
keinginan hanyalah kebebasan yang harus dijaga
tak
pernah aku ingkari bahwa pada diriku tak ada aturan
dan
apa yang aku lakukan hanyalah kewajiban
tak
pernah aku ingkari bahwa aku tak punya presiden
sebab
segalanya hanyalah perlu pikiran dan hati nurani
yogyakarta,
2012
AKU INGIN PERGI KE HUTAN
aku
ingin pergi ke hutan
berbicara
dengan tumbuhan dan hewan-hewan
terlentang
di atas tanahnya
berbagi
kegelisahan di bawah langitnya
aku
ingin pergi ke hutan
belajar
kejujuran pada yang ada di sana
yogyakarta,
2012
PECINTA KESEDIHAN
bagaimana
kau bisa mencintaiku jika aku mencintai kesedihan
tersenyum
pada sesuatu yang tak diinginkan
memeluk
sesuatu yang ditakutkan
dan
menemani sesuatu yang dijauhi banyak orang
seluruh
tubuhku adalah kesedihan
tubuhku
darahnya mendidih bersumber dari luka-luka jalanan
aliran
darahku penuh dengan tangisan, jeritan, dan teriakan
aku
bahagia merasakannya
aku
merasa hidup ada di dalamnya
tanpanya
aku tak akan pernah mengenal hidup
mungkin
juga aku tak akan mengenalmu sebagai cinta
jika
kau mencintaiku
apa
yang bisa dibanggakan dari cinta
tubuhku
sendiri adalah air mata
jika
kau mencintaiku
apa
yang bisa diharapkan dari cinta
tubuhku
sendiri adalah nestapa
apakah
karena aku menulis sajak
kau
kira aku bisa membuatmu bahagia
apakah
karena aku menyukai keindahan
kau
kira aku bisa membuat hari-harimu menyenangkan
sajak
dan keindahan bagian dari hidupku
untuk
mengenali seluruh hidup kesedihan
agar
bermesraan dengan yang diasingkan
agar
aku mencintaimu lebih dalam
aku
bahagia atas apa yang ada di tubuhku
aku
mencintainya dari pada kebahagiaanku
aku
merasa bahagia dengan kesedihanku
aku
bahagia berada di dalamnya
dengan
rengkuhannya yang tak palsu
bagaimana
kau bisa mencintaiku jika aku mencintai kesedihan
aku
tak punya apa-apa selain cinta
aku
akan mencintaimu demi kesedihan
dan
aku akan selalu mencintai seperti kehidupan dan kematian
yang
ada sebagaimana mestinya
bagaimana
kau bisa mencintaiku
jika
cintaku tak kau inginkan
bagaimana
kau bisa mencintaiku
jika
cintaku bagimu adalah hal yang menakutkan
bagaimana
kau bisa mencintaiku
jika
cintaku bagimu jauh dari kebahagiaan
bagaimana
kau bisa mencintaiku sebelum kau ada dalam cintaku?
yogyakarta,
2012
HENING
kudengarkan
ombak laut darahku
kubuka
lembaran matahari
kutemukan
hidup yang tak akan mati
yogayakarta,2012
TERIAKAN MALAM
:j. z.
“Ala,
di mana sajakmu...”
kau
teriak memanggil kelam
memanggilku
yang hilang
kau
kayuh sepedamu di jalan raya
sampai
sakitpun tak kau rasa
ke
mana kau akan mencariku
di
mana aku akan ditemukan
aku
adalah kelamnya malam
mereka
yang tertidur dengan kesedihannya
mereka
yang yang jauh dari kebahagiaan
aku
ketuk pintu-pintu mereka dalam doa
dengan
ketidakberdayaanku setiap waktu
sajak-sajakku
terlempar
aku
menggigil merasakan kenyataan
“Ala,
baca sajakmu...”
kau
berteriak lagi memanggilku
sajakku
kelamnya malam
aku
selalu membacanya penuh dalam diri
kenyataan
yang aku alami bukan mimpi
sajakku
mungkin bukan susunan kata-kata lagi
yang
mempermainkan kenyataan melebihi ilusi
lihatlah
seluruh dalam diriku
pori-pori
di tubuhku mengajariku
membaca
sajak-sajak yang sebenarnya
lebih
nyata dari kata-kata
lebih
bermakna dari kenyataannya
sajak-sajakku
aku
tulis
aku
baca
pada
setiap detak dalam diri
pada
setiap yang menyentuh tubuhku ini
sebab
sajak bukan hanya kata-kata
yogyakarta,
2012
DI UJUNG HATI
kata
batu
makna
mengintipku malu
namamu
dzikirku
yogyakarta,
2011
KERTAS ROBEK
malam
ini aku tulis sajak pada kertas robek
semua
hadir bagai burung gagak
hujan
menyuarakan keabadian
inilah
maut ketika yang dihasilkan hanya coretan
udara
yang memelukku serasa menerkamku
dan
mencabik-cabik seluruh tubuhku
aku
bertahan demi sajakku
mata
burung gagak semakin liar di jariku
siapa
kelak akan membaca sajakku
yang
berisi tentang coretan tak berharga
yang
bersuara sumbang di antara lubang-lubang mencekam
ia
mungkin akan membaca kematianku
kematian
dari segala kematian
yang
akan aku akhiri dengan senyuman
atau
mungkin terlupakan
karena
sajakku tak ingin diingat demi pujian dan penghargaan
coretan
dalam sajakku akan menghantuinya
bagai
burung gagak dan udara yang hadir malam ini
terbang
dan hinggap pada kata-kata
menyelimuti
jadi makna-makna
apa
yang aku tulis adalah coretan
yang
tak mempunyai keindahan
seperti
burung gagak dan udara yang menandakan kematian
siapa
bilang kematian tak punya keindahan
maka
datanglah mautku dengan sebuah sajak
aku
akan membacanya seperti hujan malam ini
dan
aku akan menaruh kertas robek ini
siapa
tahu besok masih ada yang berani bermimpi
yogyakarta,
2012
*Dunia
Absurd merupakan blog pribadi penyair Ala Roa yang dikelola sepangjang tahun
2008-2012. Dunia Absurd memiliki pesan: “Dalam kehidupan, kematian yang tak
sempurna adalah karya besar yang jarang orang menemukannya. Sebuah keheningan
yang terdalam dari hati seorang manusia.”
Sedangkan Ala Roa ialah penyair Eksistensialis yang pernah saya kenal,
dan sempat saya jadikan guru. Ia menyebut dirinya dengan : “Aku bukan
siapa-siapa dan bukan apa-apa. Aku bukan penyair atau sastrawan. Aku adalah
manusia biasa seperti juga yang lain. Aku hanya ingin mengungkapkan segala yang
terjadi pada diri atau pada yang lain. Aku merasa hidup dan mati tak akan
pernah bertemu. Namun suatu saat kita pasti akan kembali dan kembali. Di mana
kita tak akan pernah bercerita dengan mulut sendiri sebab kita adalah matahari
yang dibahasakan bunga-bunga.”
Mengenai tulisan ini, kesemuanya diambil dari: http://alaroa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar