Wawasanews, 12 Februari 2013
Menunggangi
Waktu
Di matanya bintang tenggelam
Mencari hakikat cinta suci dalam suci
Memecah batu-batu yang menjelma nisan
Dalam aku
O, malam kan kugenggaman jasadmu
Kan ku antar kau pada bintang yang bertapa
Diantara denyut nadi dan detak jantung
Di matanya bintang tenggelam
Beberapa cahaya melintas
Cinta menunggangi waktu di ruas tulang-tulang
Mencari keganjilan yang tak ketemukan
Dalam tutus cinta suci menjadi abadi.
Risalah
Keagungan
Udara menciptakan aku
Aku menciptakan udara
Cinta menciptakan benci
Aku menciptakan cinta
Cinta menaruh jantungnya
Di antara dua cahaya
Yang di huni oleh dua kelamin
Seperti seorang wanita
Menjadi tuhan bagi anak-anaknya
Menyuruh dan tunduk
Dengan membawa surga
Di bawah kakinya
Api tak mampu menyulutnya
Air tak mampu menghanyutkan
Angin tetaplah angin di antara dua hitungan
Hanyalah yakin
Dan meyakini ketiadaan
Di antara teka-teki keindahan
Udara menciptakan aku
Aku menciptakan udara
Cinta menciptakan benci
Aku menciptakan cinta
Yang terletak di ubun-ubun
Penciptaan di antara aku
Yogyakarta, 2013
Siratan Dingin
dinginnya waktu melihat kematian
yang mengalir di nadi jari-jari jam
melewati angka dalam batinku
yang mengalir di nadi jari-jari jam
melewati angka dalam batinku
detaknya mengetuk kepala
Kembali ingatan tentang semesta
yang dicipta untuk kata-kata
Kembali ingatan tentang semesta
yang dicipta untuk kata-kata
kulihat pintu sunyi
kumasuk perlahan tanpa kaki
tanpa peta jalan
kumasuk perlahan tanpa kaki
tanpa peta jalan
di sana kulihat kebingunganku
menjadi pohon yang dipuja
menjadi pohon yang dipuja
Yogyakarta, 2013.
Genada
Malam menengadah
Menerjemahkan cahaya
Tak ada bintang
Di matanya yang legam
Hanya semesta, di sisinya bulan luka.
Yogyakarta, 2013
Kutiadakan
Kutiadakan surga di kakimu
Dengan gerimis jantungku
Lalu kuciptakan surga baru
Dari madu, arak dan susu
Pohon-pohon yang mati
Tanah-tanah yang kering
Lindap di rahang tulangku.
Yogyakarta, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar