Padang Ekspres, 10 Desember 2008
PROSESI XXV
tubuh ini
adalah bastar di sebuah altar yang dingin
menjumpai
hari-hari seperti patung di malam buta
lengking
percakapan demi percakapan kaum paria tertelan
gerhana dan
malam celaka eksodus ke kampung ingatan
padamkan
matamu, padamkan mataku, rilke
aku akan
kembali kepada kepekatan hikayat nenek moyang
menyerahkan
tubuh kepada bunga-bunga musim di jalannya
memeram reguk-keminyan dan ritual agung di
sebuah goa
tanpa borgol
dan kunci-kunci keserakahan tengek dunia
gema doa
menajamkan kilap batu akik, juga sorot mata kita
menembus
dinding batu dan langit yang membuka selangkang
jalan-jalan
menawarkan bunga kepada para pelayatnya
sumarah juntai
tetangkai bulan-bulan terbuai, aduhai….
nyalakan
mataku, nyalakan matamu, rilke
aku akan
menjemputmu dengan nyala mata pelangi
mengajakmu
kembali kepada masa silam kita sendiri
di sini akan
tergali jalan-jalan takdir yang tak terhenti
2007/2008
Lambai Nyiur Teluk Bayur, ii
1/
liuk nyiur
berderai
ke simpang
lambai
terberai
setangkai
jatuh tergadai
lebai
2/
jika laut tak
lagi mengombak
pasir karang
menabung maut
bukan cuma
rambut terjambak
ingatan jua
lumpuh berlumut
3/
ke rantau
jangan bawa pisau
tanah rantau
leluhur ibu jua
jika laut
kabarkan segala risau
kembali, tanah
tak ada dusta
4/
lambai nyiur
tersekat diam
di lembar senja
yang karam
tubuhmu makin
menghitam
apa yang
dipasrahkab malam?
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar