Mengejar Senja -sujoyoko
1/
Senja diam di
sebuah stasiun
Ataupun di
ujung dermaga seberang
Tanpa lambai
selain kedip gugur alismu
Senja tak
pernah beranjak menunggu
Menguji
kesetiaan di jalan yang simpang
Ada aroma
keminyan dan rekah kembang
Sesekali peluit
dingin meniup gugu
Saat ini, apa
yang hendak dirisaukan
Dari akhir
matahari menjelang malam
Untuk sesuatu
yang menunggu?
2/
Tubuh kita
berlarian ke pesisir selatan
Mengejar senja
yang akan karam di lautmu
Di sini langit
terbakar, bisikmu
Gunung-gunung
melepas cadar
Menyaksikan
perjumpaan
Melunaskan
ingatan
Tak perlu
kembali ke pulau ini lagi, pesanmu
Setelah
matahari berkubur di mata kita masing-masing
2008
Sumur Kecil di Ngalau Indah
dari balik
bukit itu ada bisik rancak
memanggil
rinduku kepada hijau semak
sisa gerimis
mencair dari julur bibir ilalang
semak membuka
selangkang jalan-jalan lapang
di ujung lembah
sebuah lereng sawah
bayanganku
berkaca-kaca ke dalam lubuk
air sumur kecil
yang mengalir sendiri ke bawah
kaki bukit yang
mulai ranggas? ke akar-akar
mata air sumur
kecil itu dari akar-akar
menjemput laut
dari juntai kedipannya
kualirkan
darahku ke lubukmu yang entah
menggali palung
istirah dari dasar jantung
kepada rukuk
dhuhur-ashar yang ku-qashar
tanah merekapku
seperti akar-akar
hapus wajah
asinku hingga ke pucuk
aku akan
kembali kepada kuncup
sumur kecil di
sebuah bukit mungil
sumur kecil
mencipta sungai
memalung lautan
sendiri
gelombangnya
berdzikir
sederas darah
jantungku
Payakumbuh,
April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar