Sumber: Robert R Splashy Art |
MENATAP LAS VEGAS
menatap
Las Vegas
bangunan-bangunan
menjulang
mencakar
langit atmosferku
emosi
karam di antara gemerlap lampu
berdecaklah
jagad kuldesak
sambil
kueja mantra-mantra Sakera
sekedar
membuang ketir dan gemuruh
yang
ranggas di dalam otak
seperti
inikah Madura kelak
posmodernism
megapolitan
disajikan bagi anakputuku
hidangan
dunia yang gila
di
mana tak kudengar
nyanyian
sumbang kakek lugu
seperti
tembang kae menjelang tidurku
masihkah
garam tetap asin
bila
bir bertumpahan di lautan
kesunyian
terhantam
akal
menjadi kekuatan
birahi
di atas nurani!
menatap
Las Vegas
bagai
kupandang bebukitan
Payudan
hingga Sinongan tersulap tol
jembatan
gantung
goa-goa
menjelma terowong jalan
mengusir
para petapa
gelora
perjalanan matahari di asa
kacong-cebbingku
di
dada sawah, bola-bola golf berhamburan
asap
mesin polusi perkasa
mencabuli
semerbak tembakau
tempat
eppa' dan embu' meremas keringat
membingkai
senyum di garis-garis ritmis
Madura!
celurit
yang dulu kau asah
bergeletakan
sudah...
2006
HIKAYAT NEGERI SORGA
:
Pulau Garam
angka
dalam waktu
perlahan
merentakan putaran kincir
di
sebidang sudut tambak
petani
mendongak ke langit
menadah
setitik bintang jatuh ke lubuk lautan
mengharap
cahaya
gemulaikan
bulir berlian mengkemilau seperti dahulu
saat
seribu kapal menghantarkan hasil peluh ini ke haribaan dunia
pada
hamparan lautan yang menyelat pulau-pulau impian
kurindukan
kembali garam berderap jingga
dari
lenguh para petani. meningkahi keasinan kota pada moksa
menjadikan
dua rasa saling berkecup di relung delta
garam
bergelus
tawar
memupus di limutan samudera
dahulu
dari
rusuk baling-baling yang pasrah pada angin
aku
dapat menatap tangisharu moyangku
air
matanya yang tawar dapat kucicipi bila kuasini dengan garam
hingga
dari airmatanya dapat kunisbatkan:
perjuangan
adalah ketabahan di ladang tanggul
tambak
menggulai ketegaran
tambak
membuah ketenangan
kemudian
tubuh pulau merajut sendiri keindahannya
laksana
jelmaan sabana
namun
senyuman senja di muka petani
tetap
tulus dan bersahaja mengelus hati
meski
dari hari ke hari
doa
dan peluh berdesakan selaik kisruh
kini
sebuah hikayat indah ingin kutembangkan kembali
limpahan
kekayaan margalaut yang tiada kudapati selain di pulau ini
sewaktu
Pangeran Katandur mengejakan kalimahsyadahah
mengelilingi
daratan Madura
:
samudera menggumpal kristalan putih. garam membuih
laut
mendawuh di kening dermaga
ikan-ikan
berlompatan di jantung segara
sungguh
rekah Tuhan menggelar sebuah negeri sorga!
namun
entah
siapa telah berbual dalam syukurnya
airlaut
tiada mengasin lagi
tambak
hanya menanam lelah
tambak
hanya memanen sepi
Pangeran!
ajari
kami lagi mengeja asma kalimahsyadahah
hingga
lautan kembali mengkibar bendera layar
memasang
rusuk kincir kembali membalingkan gemulai angin
mengarahi
sampan-sampan kembali berlayar
menghantarkan
ritus peluh ini ke haribaan dunia, seperti dahulu…
sampai
harum kembali garamku
searoma
derap tasbih para petani
2007
Raedu Basha
(raedu-badrus shaleh):
Penyair, kelahiran Bilapora Sumenep, 3 Juni 1988. Mahasiswa Pascasarjana S2
Ilmu Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Buku-bukunya: Matapangara (Puisi: Ganding, 2014), The Melting Snow
(Novel: Diva Press, 2014).
Mengarang
puisi, cerpen, dan sedikit artikel di sejumlah media massa nasional dan daerah
antara lain: Republika, Media Indonesia, Indopos, Suara Merdeka, Pikiran
Rakyat, Surabaya Post, Koran Merapi, Harian Cakrawala Makassar, Majalah
Tebuireng, Horison, Sabili, Bende, Kuntum, Media Pendidikan, Jurnal Aksara,
Koran Madura, Radar Madura, Kabar Madura, Puitika, Jejak Bekasi, Kompas.com dan
Kompas, Nahdlatul Ulama Online, serta buku-buku antologi bersama yang
terbit sejak 2003.
Menerima
Anugerah Sastra dari Universitas Gadjah Mada sebagai pemenang lomba penulisan
puisi FIB UGM (2014). Pemenang Sayembara Penulisan Puisi Tingkat Nasional Pusat
Bahasa Depdiknas RI Jakarta (2006), juara lomba cipta puisi Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Taman Budaya Jawa Timur (2006), juara baca puisi se-Jawa Timur
pada Pekan Semarak Tiga Bahasa Ponpes Al-Amien Prenduan Madura (2007), Juara
Cipta Puisi Teater Kedok Surabaya (2007), juara cipta puisi PSK Kendal Jawa
Tengah (2014), juara cerpen mahasiswa nasional Festival Cinta Buku LPM Fajar
INSTIKA Guluk-guluk Madura (2012), nomine cerpen mahasiswa nasional, LPM Obsesi
STAIN Purwokerto (2012 dan 2013), 5 cerpen terbaik Majalah Kuntum Yogyakarta
(2013), Penghargaan Puisi Piala Wali Kota Surabaya (2007), Penghargaan Agrinex
Indonesia lomba cipta dan baca puisi se-Indonesia Institut Pertanian Bogor di
Jakarta Convention Center (2007).
Menjadi
pemateri diskusi, pelatihan menulis, antara lain pemateri Creative Writing Camp
Yifos-ViVos. Konon belajar mengarang sastra di Komunitas Saksi dan Bengkel
Puisi Annuqayah. Perintis Rumah Sastra Bersama pada 2006. Diundang membacakan
sajak dalam Festival Kesenian Yogyakarta, Festival Sastra Kepulauan, dll. Facebook:
Raedu Basha, Twitter: @raedubasha, Blog: www.raedu-basha.com
(Arsip Pribadi Raedu Basha di www.raedu-basha.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar