Koran
Tempo Jakarta | Minggu, 15 Mar 2009
Katedral Batu 1
sebuah kitab di tanganku
menuliskan salju baris putih
kepingannya akan pecah
di kotamu
sebagai hujan
yang mengetuk
dan pintu-pintu akan terbuka....
(2008-2009)
Katedral Batu 2
1/
tersepuhlah tuah
bagi masa silamnya
yang hilang
yang mengingatnya
luka-luka akan gemeretap
tiap dinding tergurat
sepanjang ruas baca
musim-musim payau
luruh ke geraian
ingatakan!
yang retak tak kan terberai
demi selembar daun
yang tumbuh dari akarnya
akar-akar yang menyulamnya
menjadi tembaga senja
di lembaran doa
ia akan menyapamu
selekas kedipan petir
yang telah merubuhkannya
2/
setiap mengingatnya
aku akan meniupkan pasir
dari sesap keminyan ke wajahmu
hingga bersekutulah waktu
menjadi sumbu
getar yang biru
biarlah tumbuh
untuk rubuh
bangunkan mereka
di atas tatal yang beda
(2008)
Nokturna Hujan Atawa Batu Ajaib?
-(sms dari Cak Rushdie Anwar)-
”dalam hujan
kurasakan tuhan begitu dingin
dan menyurukku menggigil”
”dalam hujan
tak ada yang kepanasan
saat tubuh mereka terbakar”
”dalam hujan
lahir batu
menjadi riuh yang aneh
bagi kota dan orang-orangnya”
”ada yang menusuk ke dalam ingatanku. Menyaksikan mereka kembali kepada sunyi muasal dan keminyan yang terkubur di sebuah pusara menghantarkan mereka tersilap dalam kepingan senja yang tembaga. Di sana tubuh mereka telah menjadi rel kereta bagi perburuan yang hilang, bagi pencarian yang tenggelam”
”dalam hujan kini aku beku
dalam batu kini mereka menggigil”
(2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar