Rubiyat Matahari
1
dengan bismilah berdarah di rahim sunyi
kueja namamu di rubaiyat matahari
kau dengar aku menangis sepanjang hari
karena dari november-desember selalu lahir januari
dengan bismilah berdarah di rahim sunyi
kueja namamu di rubaiyat matahari
kau dengar aku menangis sepanjang hari
karena dari november-desember selalu lahir januari
2
engkaulah sepi di jemari hujan
kabar semilir dari degup gelombang
engkaulah api di jemari awan
membakar cintaku hingga degup bintang-gemintang
engkaulah sepi di jemari hujan
kabar semilir dari degup gelombang
engkaulah api di jemari awan
membakar cintaku hingga degup bintang-gemintang
3
atas sepi perahuku bercahaya
membawa matahari ke jantung madura
atas bara api cintaku menyala
menantang matahari di lubuk semesta
atas sepi perahuku bercahaya
membawa matahari ke jantung madura
atas bara api cintaku menyala
menantang matahari di lubuk semesta
4
aku peras laut jadi garam
mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi
aku bakar langit temaram
bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api
aku peras laut jadi garam
mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi
aku bakar langit temaram
bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api
5
batu karam perahu karam
tenggelam di rahang lautan
darahku bergaram darahmu bergaram
menyeduh asin doa di cangkir kehidupan
batu karam perahu karam
tenggelam di rahang lautan
darahku bergaram darahmu bergaram
menyeduh asin doa di cangkir kehidupan
6
karena laut menyimpan teka-teki
di puncak suaramu kurenungi debur gelombang
karena layar hanya selembar sepi
di puncak doamu kukibarkan bintang-gemintang
karena laut menyimpan teka-teki
di puncak suaramu kurenungi debur gelombang
karena layar hanya selembar sepi
di puncak doamu kukibarkan bintang-gemintang
7
pohon cemara ikan cemara
menggelombang biru di riak-riak senja
antara pohon dan ikan kita adalah cemara
mendekap cakrawala di dasar samudera
pohon cemara ikan cemara
menggelombang biru di riak-riak senja
antara pohon dan ikan kita adalah cemara
mendekap cakrawala di dasar samudera
8
di rahang rahasia rinduku abadi
sampai runtuh seluruh sepi
rinduku adalah ketabahan matahari
menerima sepi di relung puisi
di rahang rahasia rinduku abadi
sampai runtuh seluruh sepi
rinduku adalah ketabahan matahari
menerima sepi di relung puisi
9
di relung malam lambaianku menua
juga pandanganmu di kaca jendela
alangkah dalam makna senja
menanggung berat perpisahan kita
di relung malam lambaianku menua
juga pandanganmu di kaca jendela
alangkah dalam makna senja
menanggung berat perpisahan kita
10
dari pintu ke pintu ketukanku kembali
tak lelah-lelah mencari januari di reremang pagi
dari rindu ke rindu aku pun mengaji
tak tamat-tamat membaca cinta di aliflammim puisi
Jamal D Rahman: Menulis puisi, esai, dan kritik sastra. Pemimpin redaksi majalah sastra Horison dan Jurnal Sajak dan dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Juga redaktur Jurnal Kritik. Alumnus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura, IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Pernah menjadi Ketua Komite Sastra dan Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Mengikuti forum-forum sastra di dalam dan luar negeri, antara lain Poetry on the Road (Bremen), dan Jakarta-Berlin Arts Festival (Berlin); serta baca puisi di Bonn, Kairo, Jeddah, Ipoh, dan Teheran. Buku puisinya: Airmata Diam (1993), Reruntuhan Cahaya (2003), Garam-garam Hujan (2004), dan Burn Me with Your Letters (terjemahan Nikmah Sarjono, 2004). Puisi-puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Portugal, dan Korea. Menjadi kontributor sejumlah buku, dan (ko)editor lebih dari 20 buku.
dari pintu ke pintu ketukanku kembali
tak lelah-lelah mencari januari di reremang pagi
dari rindu ke rindu aku pun mengaji
tak tamat-tamat membaca cinta di aliflammim puisi
Jamal D Rahman: Menulis puisi, esai, dan kritik sastra. Pemimpin redaksi majalah sastra Horison dan Jurnal Sajak dan dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Juga redaktur Jurnal Kritik. Alumnus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura, IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Pernah menjadi Ketua Komite Sastra dan Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Mengikuti forum-forum sastra di dalam dan luar negeri, antara lain Poetry on the Road (Bremen), dan Jakarta-Berlin Arts Festival (Berlin); serta baca puisi di Bonn, Kairo, Jeddah, Ipoh, dan Teheran. Buku puisinya: Airmata Diam (1993), Reruntuhan Cahaya (2003), Garam-garam Hujan (2004), dan Burn Me with Your Letters (terjemahan Nikmah Sarjono, 2004). Puisi-puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Portugal, dan Korea. Menjadi kontributor sejumlah buku, dan (ko)editor lebih dari 20 buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar