Celurit
Fajar
Untuk: D.Zawawi Imron
Untuk: D.Zawawi Imron
Celurit itu berlogika
Ku genggam dari bukit gelora
Menyimpan nafas fajar
Menghanyutkan cahaya
Ke dasar gelombang jiwa
Menumbuhkan biji
Jadi batang
Sebilah matahari di tangan kananku
Menaklukkan seribu dzikir rerumputan
Yang bermain-main di mata fajarku
Ku genggam dari bukit gelora
Menyimpan nafas fajar
Menghanyutkan cahaya
Ke dasar gelombang jiwa
Menumbuhkan biji
Jadi batang
Sebilah matahari di tangan kananku
Menaklukkan seribu dzikir rerumputan
Yang bermain-main di mata fajarku
Dan.......
Dan waktu yang berlabuh
Terikat di tangan kiriku
Lalu ku bentangkan celurit fajar
Kutikam ulu hatinya
;Sekejam rajam
Melelehkan darah dari puncak nyawa
Celuritku terbang
Menunggangi cahaya malam
Biarkan Aku Belajar Mencintai Puisi
Jika ku maknai secarik pena di atas kertas
Seperti desah gelisah ombak melukis pantai
Aku akan belajar mencintainya
Aku akan belajar melabuhinya
Dan berhenti mengartikannya
Aku akan belajar menyetubuhinya
Dan berhenti melupakannya
Aku akan belajar merayunya berdansa
Dalam waktu yang terluka
Dan dikala bahagia
Aku akan selalu setia
Dan tak setia bosan padanya
Biarkan aku belajar mencintai puisi.....!!!!!
Dan jika waktu mengijinkanku mengecup bintang
Aku kan bernyanyi bersama pantai
Dan akan ku tanyakan padanya
Tentang mencintai dari sebuah arti puisi
Yang saat ini masih kucumbui.....
Dzikir Rindu
Gemuruh pantai itu
Menyisahkan kasihmu padaku
Dan ikan-ikan selalu mengkhawatirkanku
Tentang rindu lupakan aku
Jika kau tanya tentang cerita laut
Kujawab,namamu yang seindah gelombang
Jika kau tanya tentang lukisan pelangi
Hanya nyanyian namamu tiap detak jantungku
Daun-daun itu.........
Selalu menari bersama nyanyian salamku padamu
;jika kau tanya dzikirku
Dzikirku tentang kerinduan
Dan jika kau tanya tentang pengalaman hidupku
Pengalaman hidupku tentang kerinduan
;Pandanglah di langit malam
Kerinduan menggantung mekar sepenuh jiwaku
Dan pandanglah masjid di mataku
Terlanturkan dzikir,dzikir kerinduan
Diakhir Nafasku
Buat: M
Seuntai ranting melati
Merongrong rongga dada
Diakhir amplop cinta
Setetes darah menjelma malam yang kelam
Tuk membuktikan kalender cinta
Merengkuh wajah senja
Selembut embun
Adalah Adinda
Diakhir nafasku,
Sudihkah engkau menari bersamaku
Mendendangkan lagu dan tarian asmara
Tuk menikmati senyum “surga” kita
Agar asaku tak lagi rapuh........
Dinda .....
Belailah aku dengan selendang birumu
Karena hatiku tersesat di samudramu
Yang terdapat dimaknai tetesan air mata
Lahir 07 april 1993 di Desa kombang, kecamat an
talango, kabupaten sumenep. siswa SMA yayasan abdullah (yas’a) jalan kartini
V1/04 sumenep (69412) Madura.dan sekaligus nyantri di pon-pes MATHALI’UL ANWAR
pangarangan sumenep. Karya karyanya sudah di muat dimajalah-majalah sekolah
,dan cerpen pertamanya “senyum surga dibalik kerudung bulan” yang
dipublikasikan di majalah deblis. Dan pernah menjabat sebagai ketua redaksi
majalah Deblis tahun 2009-2010. dan juga aktif di beberapa organisasi terutama
organisasi IKSMAT (ikatan santri mathali’ul anwar talango) .
Diposkan oleh Arsyad Indradi di http://penyairnusantaramadura.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar