Jurnas | Minggu, 16 Maret 2014
Ariel
1
tubuh dari lekuk gitar
dipetik melingkar
melenguh di ujung
melepuh di belakang
satu wajah
membuka seribu topeng
ke ujung gang
selalu petang
kini ramai di makam
jalan pulang malam
telungkup di atas meja kosong
bau sepatu, kaos kaki gosong
seperti aroma tubuh-tubuh ditekan
diiris bertiras, lalu sontak ditelan
tubuh dari lekuk gitar
dipetik melingkar
melenguh di ujung
melepuh di belakang
satu wajah
membuka seribu topeng
ke ujung gang
selalu petang
kini ramai di makam
jalan pulang malam
telungkup di atas meja kosong
bau sepatu, kaos kaki gosong
seperti aroma tubuh-tubuh ditekan
diiris bertiras, lalu sontak ditelan
ariel
tubuh dari lekuk gitar
menetas di atas daun talas
menetes pelan di tanah kerikil
yang dibikin abadi, kini
adalah irisan sunyi
Ariel II
ibarat dua langkat bukit
ia ada di antara batu-batu cadas
dan akar pohon yang ranggas
tumbuh getas di semua sudut
pada suatu hari yang tertelan
ia menatap akar pohon itu
pohon yang dilapukkan
dibusukkan akarnya
batu-batu itu berpeluh
merembesi punggungnya
dan kini ia telah menyatu
tubuh di atas batu-batu cadas
menjadi akar pohon itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar