Laut (2)
matahari tenggelam dalam air garam
sinar asin menghitam pekatkan kulitmu
mirip neraka yang kucipta di hari sabtu
selusin warna tak bisa kucatat di sini
membuatmu tergigil;
lalu kamu menganggapku
laut dengan ribuan gelombang
yang berbeda
tak ada surga di lautmu
hanya tubuh lumut bau bacin
di atas batu
matahari tenggelam dalam air garam
sinar asin menghitam pekatkan kulitmu
mirip neraka yang kucipta di hari sabtu
selusin warna tak bisa kucatat di sini
membuatmu tergigil;
lalu kamu menganggapku
laut dengan ribuan gelombang
yang berbeda
tak ada surga di lautmu
hanya tubuh lumut bau bacin
di atas batu
batu yang kemarin mewakili rinduku
pada awan dan hujan
kamu berteriakteriak di tengah samudera
memanggilku berkalikali dengan umpatan
aku purapura membangun candi dari pasir
lalu badai datang
mengayunkan tubuhnya
mirip dewidewi
yang menawarkan perselingkuhan
abadabad laut jadi debur cinta
di luar suka cita;
mata air mata ditumpahkan camar
ketika mencelupkan sayapnya
di puncak ombak menggelora
dan kamu segera mengirim kabar
lewat angin
Laut (3)
memang laut yang agung itu
telah menyusun sekian penghianatan
dan teriteri tak pernah melepas senapan
merombak manikam mutiara di dasar
dewidewi laut
memuntahkan isi perutnya ke pantai;
anak binimu mengambang bagai ikanikan
bintangbintang bagai binatangbinatang
yang mulai main curang;
pelaut-pelaut menutup mata
untuk tiba di jangkar
hmm, memang aku mencipta laut
dari tekateki silang yang kubuat sendiri
bila kamu tak bisa menaruh kata
dan gambar hiu dengan tepat
kamu akan mengambang
seperti anakbinimu
ternyata, kamu mengumpatku
di dalam kamarkamar kapal pesiar
kamu menyetubuhi waktu
dan membohongi kabar badai
yang tersiar
di loudspiker ujung tiang pancang
yang mirip bulu matamu;
aku akan merayakan semerbak duka cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar