Sumber: abstract art painting artist pierre bellemare |
Bertatap Dengan
Keheningan
keheningan apakah ini?
jalan yang semakin sunyi mengarah
ke dada
nama-nama yang tak mau dikenali
hinggap dan tenggelam
dalam ingatan. aku meraba diri,
siapa ini?
mata yang menyala sampai dinihari
menatap langit yang diam
bumi yang menyatu dalam badan
sungguh
ini bingung yang panjang
keheningan apakah ini?
aku mencari diri sampai kepuncak
sunyi
sampai ke dingin puisi
tapi tak kutemukan apa-apa
siapa
ini diri?
2014-09-09
Cerita
Cucu Kepada Kakeknya
kakek, dulu, sudah aku lupa
berapa ribu hari
aku pernah bermimpi jadi tukang
kebun
pikirku, tukang kebun adalah
orang paling bijaksana
ia selalu menyelamatkan usia buah
dari aksi malam
kelelawar ia rajin mengaliri air
ke akar menyelamatkan nasib pohon
dari kering musim kemarau
tapi nenek melarang. ìmenjadi
presidenî katanya
tapi ayah tidak setuju. ìmenjadi
bisnismenî ucapnya
tapi ibu malah mencibir mimpi itu
semua. ìjadilah diri
sendiriî bisiknya
kakek, dari kejadian itu, sudah
lupa berapa ratus hari
aku berpikir berulang-ulang
sampai tak ada yang tersisa
--menjadi diri sendiri-- sampai
kini
sampai mimpi ini aku ceritakan
pada puisi
tak
ada jalan yang mesti untuk aku sampai pada diri.
Lainkali
Kau dan Aku Tak Usah Bertanya
lainkali kau dan aku tak usah
bertanya.
cinta yang membangkitkan manusia
yang
memberi gelap pada tubuh
lainkali kau dan aku tak usah
bertanya.
cinta adalah kita
yang
buta warna
Semacam Surat
Cinta
kepada pohon jati
yang berdiri tegak di pinggir
jalan kota
akulah burung yang datang dari
pagi dan embun
di kedua sayapku, telah
kukisahkan rindu-rindu
di paruhku, akan ku ucap salam
perjumpaan yang paling merdu
lalu
kulantunkan lagu-lagu yang biru pada dedaunmu
akulah burung yang ingin meminang
reranting dan daun-daunmu itu
memberi
hidup pada sesuatu yang tak kekal.
Kepada Diri
kepada embun dan yang menyerupai
dingin
kembalilah pada tanah, pada asal
mula
di mana bunga-bunga hendak rekah
lalu dari arah timur yang jauh
bara seperti lemparan batu-batu
ke
dada burung-burung
tapi di sini, kita masih saja
menjadi manusia
yang mencoba lupa jalan keluar
menuju pintu
membekukan ingatan pada dinding
dan mendiamkan diri pada gelap
”dingin
masih terus menyerbu,” ucapnya
oh, kepada kupu-kupu dan
rerumputan
bumi ini terlalu lugu
menerbitkan pagi di kepala
manusia
ingatan pada ketakjuban semesta
masih dikalahkan oleh lelap
dan derap nafas yang lelah
maka aku ingin lekas selesai
menjadi manusia
pergi dari diri, melepas segala
keduniaan
dan seperti sepi itu yang setia
menghampiri puisi
aku
kekal bersama ketiadaan.
Cabeyan,
2014
Anwar Noeris,
Lahir di Sumenep, Madura 19 Februari 1993. Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta
(LSKY) dan Nyantri di Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar